Tidak jarang aku menerima curhatan orang di inbox atau WA.
"Afi, aku bla bla bla..."
Entah curhatan itu sudah ia kirimkan untuk keberapa kalinya, tetap saja
orang berserta persoalan yang sama. Maka aku menanggapi dengan ini:
"Saya tahu ramuan yang bisa menghilangkan penderitaan"
"Apa itu, Fi?"
"Ambillah segenggam beras yang kamu ambil dari rumah orang yang tidak
pernah memiliki masalah seumur hidupnya, dan masaklah beras itu sampai
jadi bubur."
Ia diam. Lama tak ada balasan.
"Tapi, beras yang kamu maksud gak bakalan ada Fi..."
"Nah, itu kamu tahu
:) "
Jangan kau kira aku sendiri tak punya masalah. Tentu saja aku punya, dan kadang-kadang aku ingin 'meledak' juga.
Tapi jika dipikir-pikir, betapa mudahnya manusia lupa bahwa dalam hidup masalah adalah hal yang wajar.
Lagipula, tidak ada orang hebat yang memiliki masa lalu yang mudah. Jika ada, sebutkan satuuuu saja.
Kesulitan yang pernah mereka hadapi tentu ada walaupun berbeda-beda.
J.K. Rowling, penulis seri novel Harry Potter yang mendunia itu
pernah ditolak masuk kuliah. Tak lama kemudian ibunya meninggal dunia.
Kemudian ia menikah dan suaminya ternyata adalah seorang pemabuk yang
suka melakukan kekerasan. Mereka bercerai tak lama setelah bayi mereka
lahir.
J.K. Rowling tinggal di panti sosial karena tak memiliki
apapun, ia dan bayinya bahkan harus hidup dari santunan pemerintah.
Karena benar-benar depresi, pada usia 30 tahun ia sempat mencoba untuk
bunuh diri.
Tapi kemudian ia memutuskan untuk menyalurkan bakatnya
di atas mesin ketik tua yang sederhana. Saat diterbitkan, tak disangka,
ia dan novel Harry Potternya melegenda.
Semua orang hebat butuh
'latihan' yang hebat. Sebuah lampu juga perlu untuk menerima arus
positif sekaligus arus negatif agar bisa menyala.
Jika seseorang
menyakitimu, pahamilah bahwa mereka tidak mungkin selamanya begitu.
Mereka pasti juga ingin menjadi orang yang baik. Untuk jadi baik tentu
butuh proses. Prosesnya adalah belajar. Selama proses belajar itulah
mereka tentu melakukan banyak kekeliruan. Kekeliruan yang terus
diperbaiki itulah yang membuat mereka bisa belajar.
Jadi, orang
jahat, teman yang menyebalkan, tetangga yang menyedihkan, mantan yang
menyakitkan, mereka mungkin sedang keliru dalam proses belajarnya, maka
maklumilah mereka sebagaimana kau juga ingin dimaklumi ketika ada yang
salah dalam proses belajarmu.
Bagaimana jika kelihatannya mereka tidak pernah berubah?
Anggap saja mereka amplas yang membentuk diri kita. Awalnya sakit, tapi
setelah itu kita akan menjadi halus dan makin istimewa, sementara
mereka hanya akan jadi onggokan sampah tak berguna.
Kita hanya
bisa memberikan apa yang kita punya. Kau tidak bisa memberi orang uang
kalau kau sendiri tidak punya uang. Kita hanya bisa membahagiakan orang
lain jika kita sendiri punya kebahagiaan.
Jika orang lain hanya bisa menyakiti kita, berarti hanya itulah yang mereka miliki dalam hidupnya. Hidupnya penuh penderitaan
Ah, bukankah seharusnya mereka perlu dikasihani?
Dalam menghadapi mereka, kau juga boleh kesal. Boleh sedih. Boleh
kecewa. It's okay not to be okay. Kau juga sama. Perlu berproses dalam
menghadapi semua.
Tidak ada orang yang begitu lahir langsung jadi
pintar, hebat, sabar, atau bijaksana. Semua pasti ada prosesnya. Semua
orang tua yang bijak awalnya adalah anak muda yang bodoh. Seorang
pegawai yang teliti dulunya adalah anak yang ceroboh.
Jadi, selama
kita masih hidup di dunia, berarti kita ini masih belum baik. Masih
disuruh belajar dan pasti masih banyak melakukan kesalahan. Tidak usah
saling menghujat hanya karena dosa kita berbeda.
© Afi Nihaya Faradisa
Belum ada tanggapan untuk "Afi Nihaya Faradisa-Keluh Kesan"
Posting Komentar