Beranda » Afi Nihaya Faradisa-DICURHATIN ORANG » Afi Nihaya Faradisa-DICURHATIN ORANG

Afi Nihaya Faradisa-DICURHATIN ORANG

Bete ya dicurhatin berkali-kali oleh orang yang sama dan dengan persoalan yang itu-itu saja?
Tapi aku tidak.
Mengapa?
.
1. Kepercayaan
Saat seseorang curhat padamu, berarti ia menaruh kepercayaan yang mungkin tidak ia berikan pada semua orang. Itu bukan hal yang layak untuk diremehkan. Dia percaya bahwa kau mampu menyimpan rahasianya. Apalagi jika ia bukan orang yang banyak membuka diri, mungkin ia hanya melakukannya padamu, apa kau tega menganggap enteng kepercayaannya itu?
.
2. Bagi setiap orang, masalah yang sama tidak mungkin terasa 'sama'.
Ibu-ibu memandang remaja yang putus dengan pacar tentu bukan masalah besar. Tapi bagi si remaja, bisa jadi itu terasa seperti akhir dunia.
Masalahnya sama, tapi sudah kukatakan berkali-kali bahwa yang penting bukan masalahnya, melainkan perasaan yang ada di balik itu semua.
Sebab, masing-masing orang mengeluhkan hal yang jadi titik kelemahannya.
Kalau titik kelemahanmu bukan masalah finansial, kau akan heran melihat orang yang hampir gila karena kehilangan uangnya.
Jika titik kelemahanmu bukan masalah percintaan, kau akan bertanya-tanya mengapa orang bisa bunuh diri karena diselingkuhi sang istri.
Orang hanya merespon masalah berdasarkan level kesadaran dan level pemikirannya saat itu.
Tingkat pemikiranmu dan mereka tentu saja berbeda.
Kalau seorang bocah menangis karena mainannya direbut teman ya jangan ditertawakan.

Jadi, sekecil apapun masalah orang bagimu, tapi bagi dia rasanya tidak seperti itu.
Itulah kenapa dia curhat, dan dia tidak pernah berharap dihakimi apalagi dihujat.
.
3. Kita gak tau kondisi aslinya.
Percayalah, seember-embernya orang curhat tentang masalah dia, itu tidak mungkin menceritakan semua. Realita yang orang hadapi selalu lebih kompleks dari sekadar kata-kata.
Cobalah berempati sedikit saja.
Itulah kenapa aku tidak pernah protes jika ada orang yang 'menumpahkan' semua di akun sosial medianya.
Tidak perlu dicerahami lagi, dia sebenarnya sudah tahu terkait semua konsekuensi.
Barangkali dia tidak punya siapapun untuk diajak berbagi.
Barangkali dia tak punya pilihan lain. Adalah keputusannya untuk malu daripada makin gila memendam semua.
Barangkali sebenarnya kita punya masalah yang kadarnya sama, tapi kita merasa iri melihat orang lain berani mengungkapkannya, sedangkan karena sebab-sebab tertentu, diri kita hanya bisa menutupi itu semua dengan tampilan yang sok tegar dan bijaksana.
Ya, aku ingin menelanjangimu kali ini.
Karena makin banyak manusia yang tak mampu menawarkan solusi tapi rajin bikin polusi, misalnya dengan asyik membully dan menghakimi sana-sini,
Tanpa berpikir panjang.
Tenpa merenunginya dalam-dalam.
.
Akan aku kutip lagi salah satu bait puisiku di sini:
"Pernahkah kau menghadapi duniaku?
Menghabiskan satu menit di posisiku?
Jika tidak, katakan padaku mengapa
Kau menghakimiku seperti itu"
.
@afi.nihayafaradisa